RSS

Pathetic 4




Pathetic 4, kalo ditranslit nih artinya empat cewek menyedihkan. Owow, aneeh! Bukan berarti menyedihkan sangat gitu, Cuma kadang-kadang emang menyedihkan sangat sii, wwk. Mulai aja ya critanya, kaya begini nih…
Empat orang yang dipertemukan oleh takdir disebuah ruang kelas yang multifungsi (soale kelasnya bisa jadi aula kapan saja, wwk). Entahlah apa yang membuat empat orang cewek ini menjadi dekat. Kalo ditelusuri mungkin karena mereka sering duduk depan-belakang, sama-sama suka sama warna ijo, suka cerita Tere-Liye, suka komik Conan,  suka ditraktir, suka duduk di catwalk lah, suka… ya pokoke suka-suka laah. Oya satu hal lagi hal yang muncul setelah hampir satu tahun berkawan yaitu, suka nganalisis. Ini ni kesukaan mereka yang bahaya. Perlu diwaspadai! Waspadalah! Waspadalah! Haha.
Siapa aja si empat cewek aneh itu? Ini dia…



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (3)

MMSPH 15 (terakhir): Kupu-Kupu Monarch oleh Darwis Tere Liye




Aku lama tidak kembali ke kota ini. Hampir dua puluh tahun. Perjalanan yang melelahkan. Mengelilingi separuh dunia hanya untuk melupakan. Hari ini aku pulang. Berusaha mengenang semua jejak kaki. Semoga masih ada yang tersisa. Semoga masih ada yang kukenali. Dengan semua kenangan itu, bukan keputusan mudah untuk kembali. Seperti menoreh kembali luka yang sudah mengering. Menyakitkan. Tapi ibarat seekor bangau yang terbang jauh, aku harus kembali jua ke kota ini. Rindu. Tak mengapa mengenang sedikit luka itu.
Aku berdiri takjim di pemakaman kota.  Menatap sekitar.
Sepagi ini pemakaman kota terlihat begitu indah. Dipenuhi hiasan bunga. Merah. Kuning. Putih. Bertebaran. Bebungaan yang disampirkan di nisan-nisan besar. Bebungaan melilit kayu yang dipasang silang-menyilang. Bebungaan di air mancur tengah pemakaman. Bebungaan di patung yang banyak berserak. Sungguh pekuburan berubah menjadi taman bunga. Nuansa buram kecoklatan berpadu dengan warna-warni ceria. Hari ini: Hari Monarch. Hari di mana seluruh penduduk kota kami meyakinijiwa yang pergi akan kembali. Hari ini penduduk kota akan berpiknik di pemakaman.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

MMSPH 14: Perbandingan-Perbandingan oleh Darwis Tere Liye




JONI, hari ini ujian skripsi. Bangun pagi-pagi. Semangat. Yakin dengan semua persiapan. Tiba di kampus 45 menit sebelum pintu ruang ujian dibuka. Menunggu di aula depan gedung Departemen Akuntansi. Masih sempatlah SMS sana, SMS sini. Bilang hari ini dia mau sidang skripsi. Pliz, kasih doa-doa biar lancar. Setengah jam berlalu, sayang sepuluh SMS dikirim, tak satupun yang ngasih reply. Mungkin teman-temannya lagi sibuk. Mungkin masih di jalan. Mungkin HP mereka tertinggal. Mungkin entahlah. Joni membesarkan hati.
Dosen penguji mulai berdatangan. Joni semakin ketar-ketir. Eh, masa’ iya nggak ada teman-temannya yang reply SMS? Joni mencet-mencet nomor. Mencoba menghubungi teman-temannya. Apes! Nada sibuk. Kalaupun ada nada tunggu, ya nggak diangkat-angkat. Pada kemana mereka hari ini?
Duh, kemana pula Puput pacarnya. Masa’ di hari sepenting ini, pacarnya nggak kasih doa selamat berjuang atau apa kek. Joni mengusap dahinya yang berkeringat. Puput mungkin masih bete. Mereka memang habis bertengkar dua hari lalu. Puput malah ngancam mau putus segala.
Teng! Waktunya masuk ruang sidang. Joni mengusir hal-hal negatif di kepalanya. Berusaha merapikan dasi dan kemeja lengan panjangnya. Berdoa sebentar. Semoga semuanya lancar.

***



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

MMSPH 13: LOVE Ver 7.0 & Married Ver 9.0 oleh Darwis Tere Liye




Catatan: Anda sebaiknya sudah membaca Cintanometer dalam MMsPH 1


Di kota kami, walau terletak persis di tengah-tengah gurun pasir maha luas, hujan bukanlah barang langka. Jika penduduk kota ingin merasakan hujan, maka tinggal bilang ke balai kota. Seperti kemarin, anak tetangga sebelah rumah, rindu berat berlari-lari di atas gelimang lumpur, di bawah atap langit yang mencurahkan beribu-ribu bulir air kesegaran. Maka orang tuanya segera memesan hujan. Selang dua belas menit kemudian awan hitam datang berarak, guntur dan petir sambar menyambar, tak lama turunlah hujan sesuai pesanan.
Jangan salah sangka dulu, kota kami memang terpencil jauh dari seluruh penjuru dunia, tetapi bukan berarti penduduk kota kami lebih primitif dibandingkan kalian. Kami tidak memanggil hujan lewat dukun-dukun, nyanyian-nyanyian, apalagi sesembahan tak berguna itu, sebaliknya kami memanggil hujan dengan teknologi tingkat tinggi. Maju sekali, malah jauh lebih maju dibandingkan dengan menerbangkan pesawat untuk menaburkan butiran pembuat hujan di awan-awan yang biasa ilmuwan kalian lakukan.
Di sini banyak penemu. Yang terhebat di seluruh dunia, malah. Jadi jangankan soal hujan, soal rumit lainnya, seperti mobil terbang, rumah mengapung, lampu tenaga udara, pil anti lapar, suntikan seribu-penyakit dan yang lebih sulit lainnya ada di sini. Dengan berbagai penemuan hebat itu, kehidupan berjalan amat baik dan berkecukupan.
Tetapi suatu hari, dewan kota mendadak mengadakan pertemuan. Benar-benar ada hal super-penting yang telah terjadi, karena rapat ini adalah rapat mendadak untuk kedua kalinya dalam lima ratus tahun terakhir.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

MMSPH 12: Kutukan Kecantikan Miss X - Season 2 oleh Darwis Tere Liye




 Januari
Musim penghujan, sejak semalam gerimis membungkus kota. Pagi yang dingin. Aku berlari-lari kecil, mengembangkan payung putih. Menuju halte depan kost-an. Hari kerja pertama tahun ini. Sekaligus Senin pertama tahun ini. Langit kota terlihat muram, awan kecoklatan menggantung. Aku berbisik pelan, semoga hari ini tidak berjalan menyebalkan.

Bus Patas AC nomor 102 terlihat dari kejauhan. Kondekturnya melambai-lambai berteriak menyebut tujuan. Aku berdiri. Mobil merapat. Naik. Inilah bus yang kugunakan setiap hari berangkat kerja. Sudah hampir empat tahun. Dengan jadwal yang sama. Bus yang sama. Sopir yang sama. Meski penumpangnya berbeda-beda.

Dan inilah awal segala kisah menyedihkan ini….

Pagi itu, se-isi bus terlihat muram. Mungkin setelah libur akhir tahun yang menyenangkan, kembali bekerja bukanlah hal yang bisa membangkitkan antusiasme. Aku tersenyum ke beberapa penumpang yang kukenali. Wajah-wajah masih mengantuk. Hingga, hei! Di kursi tempatku biasa duduk, baris ke enam dari depan, dekat jendela sebelah kanan. Sudah duduk dengan manisnya seorang gadis. Oh-Ibu! Aku menelan ludah. Sungguh selalu membuatku terpesona.

Aku berdehem pelan. Gadis itu mengangkat kepalanya, “Kursi di sebelahnya kosong?” Pertanyaan basa-basi.

Gadis itu mengangguk.

“Boleh aku duduk?”

Gadis itu mengangguk lagi.

Percaya atau tidak, itulah percakapan terlama yang pernah aku lakukan dengannya selama tiga bulan berlalu. Sisanya? Aku hanya duduk diam membeku. Hanya melirik-lirik. Hanya bergumam tak jelas. Hanya sibuk meneguhkan hati untuk mengajaknya bicara. Sementara gadis itu takjim melihat keluar jendela kaca. Menatap jalanan yang mulai ramai.

***



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

MMSPH 11: Mimpi2 Si Patah Hati (Laila-Majnun) oleh Darwis Tere Liye




Perkampungan itu dipenuhi oleh pepohonan hijau. Sejuk dan nyaman sebagaimana mestinya sebuah oase. Yang mengejutkan, sebuah danau kecil tepat berada di tengah-tengahnya. Sepagi ini sepasang bebek liar berbintik kelabu berenang bercengkerama dengan riang. Anakanaknya hilir mudik belajar menyelam di sela-sela kaki berselaput sang induk, melesat bagai lemparan sebongkah batu berwarna kuning.

Rumah-rumah berbentuk kotak berbahan lumpur berderet-deret mengitari danau, seperti manusia yang mengelilingi ka’bah saat tawaf di tanah suci. Modelnya hampir serupa, hanya jumlah pintu dan jendela yang membedakan rumah mana milik pedagang kaya dan rumah mana milik seorang tukang besi atau penjual kayu bakar. Tetapi rumah yang besar dan rumah yang kecil sedikit jumlahnya, lebih banyak yang sedang-sedang saja. Di gurun ini, tak ada yang peduli seberapa besar rumah kalian, apalagi ketika badai pasir datang menggulung.

Pohon kurma tumbuh subur, lempar bijinya dan biarkan kasih-sayang alam merekahkan kecambahnya. Sepagi ini di sudut oase, tiga kelopak daun muda dibuliri tetesan embun berkilauan, muncul dari tanah menjanjikan  bekal kehidupan berpuluh-puluh mulut penduduk oase hingga tiga generasi mendatang. Dan karena hampir setiap pintu rumah memiliki kebun kurma, walau sekedar tiga-lima batang, itu berarti tak akan ada yang kelaparan di sini.

Wanita-wanita berkerudung lalu lalang membawa pekerjaan. Setumpuk pakaian kotor, menuju sumur-sumur umum yang terdapat di setiap luas sekian hasta persegi pemukiman. Sekulak butiran gandum, menuju adonan dan pemanggangan roti masing-masing. Segerombolan anak dengan rambut masai dan pipi berbekas, diseret dan diomeli untuk dimandikan. Rempah-rempah dan daging kibas dijual oleh pendatang jauh di ramainya pasar. Para lelaki mulai sibuk dengan perniagaan. Penyekat toko satu persatu segera dilepaskan. Kehidupan sudah dimulai di perkampungan oase tersebut pagi ini.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

MMSPH 10: Kotak-Kotak Kehidupan Andrei oleh Darwis Tere Liye




Rumah kami tak jauh berbeda dengan rumah tetangga sekitar. Jadi setiap arisan itu dilakukan, ibu-ibu tidak banyak berkomentar dan tidak memelototi satu persatu barang-barang yang terpajang di ruangan.

Mereka tidak tahu, sih.

Di ruangan terjauh dan terdalam rumah kami, di pojok tergelap dan berdebu, di ketinggian atas lemari yang sulit dijangkau tangan kanak-kanakku, ibuku meletakkan benda kami yang paling indah, yang menurutku jauh lebih berharga dibandingkan seluruh rumah dan seisinya di sepanjang gang Potlot ini.

Benda itu adalah sebuah kotak.

Aku malam-malam, setelah ibu terlelap dalam tidurnya, suka sekali mencuri-curi pandang kotak itu. Berjinjit di atas lantai berdebu, menggenggam erat sepucuk senter, berhati-hati menyeret dan menaiki sebuah kursi. Dan di antara buramnya cahaya senter, kotak itu berpendar indah. Amat cantik. Kau letakkan dimana saja, benda ini akan cocok dengan sendirinya.

Seluruh permukaan dan sudut-sudutnya mungkin dibuat oleh pemahat terbaik yang pernah ada. Membuat bunga-bunga, kupu-kupu, dan berbagai bentuk lainnya seperti hidup menyenandungkan kegembiraan. Tiba-tiba aku jatuh cinta dengan kotak ini. Dan akhirnya setiap malam aku selalu menyempatkan diri menjenguk, sekadar untuk membelainya.

Pernah suatu ketika guru kami di sekolah bercerita soal kotak pandora yang terkenal itu. Kotak yang menurut guru kami amat indah dan mempesona, tak ada duanya di dunia. Mendengar guruku mendeskripsikan bentuknya, tanganku reflek teracung dan berseru, “Ada satu yang seperti itu di rumah kami!” Seluruh isi kelas riuh mentertawakanku.

Mereka tidak tahu, sih.

Tetapi bukan soal ketidakpercayaan itu yang tibatiba membuatku tidak nyaman. Saat guru kami bercerita lebih lanjut isi kotak pandora itu, di jantungku tumbuh dengan sangat cepat dan liarnya rasa penasaran. Apakah sebenarnya isi kotak di rumah kami? Apakah seseram isi kotak pandora yang keluar pertama? Atau seindah isi kotak pandora yang keluar berikutnya? Bagaimana pula aku yang selama ini setiap hari membelainya, tidak pernah tergerak sedikit pun untuk membukanya jauh-jauh hari. Maka, malam ini kuputuskan mengintip isi kotak itu.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

MMSPH 9: Cinta Zooplankton oleh Darwis Tere Liye




“Ayu, kamu tuh pernah nyadar nggak, sih? Sekali saja seumur hidup lu! Please. Topan itu Hiu! Ibarat piramida makanan, Topan itu ada di puncaknya. Sedangkan lu persis berada di strata terbawah rantai makanan tersebut. “ Aku berseru jengkel. Melempar sapu-tangan.
“Sudah berapa banyak coba cewek lain yang dipermainkan cinta gombal Topan. Dia emang ganteng! Pandai sekali bicara. Romantis. Apa yang lu bilang? Dia tipe cowok yang sempurna. Itu benar. Tapi, aduh, kalau lu mau sedikit berpikir waras, lihatlah! Semua kehebatan Topan yang lu sebut-sebut mirip banget dengan tabiat playboy kelas internasional! Lu cuma jadi mangsa isengnya doang!” Aku menatap setengah prihatin, setengah sebal, setengah kasihan (eh, totalnya jadi satu setengah ya? Harusnya sepertiga prihatin, sepertiga sebal dan sepertiga kasihan, hihi!).
Ayu masih menangis pelan di hadapanku. Sedih nian mendengar ceramahku (apalagi di bagian yang bilang-bilang perangai buruk Topan). Ayu menyeka ujung-ujung matanya dengan sapu tangan.  Tertunduk.
“Coba lu hitung! Ini untuk berapa kalinya Topan nyakitin lu? Minggu lalu lu harus nunggu dia dua jam. Dia nggak datang. Dua minggu lalu dia juga bikin lu nunggu dua jam. Dia nggak datang! Juga minggu-minggu lalu. Apa alasannya? Lupa! Ada keperluan keluarga. Kakinya bisulan. Inilah! Itulah! Ampun, lu mudah banget menerima permintaan maafnya. Mudah banget mengangguk menerima penjelasannya. Anak kecil saja nggak segitunya kalau lagi ditipu Ibunya biar nggak ikut pergi, mereka pasti protes, pasti merajuk! Lu? Sempurna menerima, lantas terkulai lemah tak berdaya penuh penghargaan saat Topan lembut mendekap bahu lu! Bah!” Ceramahku semakin panjang.
Ayu tertunduk semakin dalam.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

MMSPH 8: Lily & Tiga Pria Itu oleh Darwis Tere Liye



Adakah yang pernah mengatakan kepada kalian, waktu itu adalah lingkaran nasib yang berputar tanpa henti? Siang-malam, pagi-petang, sepanjang tahun tak pernah rehat. Dalam setiap kesempatan putaran nasibnya selalu terjadi tiga kemungkinan. Paralel, bergerak serentak. Jikalah waktu bisa dimampatkan menjadi benda padat, lantas diletakkan di atas lintasan sirkular, maka kalian bisa menyaksikannya laksana tiga ekor kuda pacuan yang membelah sirkuit. Kencang memedihkan mata, berputar-putar tanpa henti jutaan lap.

Masalahnya selama ini kita tidak pernah terlalu peduli soal rentetan detik dan menit, kecuali menyangkut tentang kapan makan siang, kapan masuk kerja, kapan pulang kerja, kapan gajian tiba, dan kapan hari-hari libur. Kebanyakan dari kita lebih peduli tentang yang satu itu: nasib.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

MMSPH 7: Hiks! Kupikir kau naksir aku oleh Darwis Tere Liye



 Ini benar-benar menyebalkan, tabiat Putri mirip banget dengan cewek lain yang sedang jatuh cinta. Selalu membesar-besarkan sebuah kejadian. Tertawa riang saat menceritakan kejadian-kejadian sepele tersebut. Seolah-olah itu pertanda cinta yang sempurna kalau yang sedang ditaksirnya benar-benar juga menyukainya.
Bayangin, cowok itu lagi kentut saja, mungkin bisa diartikan Putri kalau tuh cowok grogi saat ketemu dengannya. Apalagi pas lihat mukanya memerah. Keringatan. “Aduh, aku nggak nyangka dia bakal se-nervous itu, Tin! Kayaknya dia juga suka ke aku, deh!” Mata Putri berbinar-binar macam bintang kejora saat menceritakannya. Padahal kalau Putri mau waras sedikit, jelas-jelas cowok itu sedang kebelet mau ke belakang. Pengin puf! Tapi mana ada coba rasionalitas bagi orang yang sedang jatuh-cinta setengah mampus seperti Putri?



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

MMSPH 6: Bila Semua Wanita Cantik oleh Darwis Tere Liye



Alkisah, ada anak super-gendut yang selalu diganggu teman-temannya. Setiap hari diteriaki, “Gendut! Gendut! Badak! Badak!” Anak itu menangis. Tersedu. Berlari menjauh dengan gelambir lemak di perut. Mengadu. Ibu-nya bilang tentang, “Jangan marah. Jangan diambil hati. Mereka hanya bergurau. Besok juga berhenti!” Tetapi esok-lusa kelakuan teman-temannya tak pernah kunjung reda. Berbilang hari malah menjadi-jadi. Cubit sana. Cubit sini. Maka semakin sering bersedihlah anak itu.

Hingga suatu malam, di tengah senyapnya gelap, sang anak mengangkat kedua tangannya, tengadah ke langit buram, “Ya Tuhan, kurus-kan-lah aku. Aku mohon….” Anak itu menangis tersedu, bersimpuh penuh harap, “Atau kalau Kau tidak berkenan membuatku kurus, maka buatlah gendut seluruh teman-temanku…. Aku mohon! Biar kami sama…. Biar kami sama….”



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

MMSPH 5: Antara Kau Dan Aku oleh Darwis Tere Liye




Lantai sebelas sepi. Nyaris semua penghuninya keluar makan siang, hanya ada dua-tiga orang saja yang masih berkutat di depan komputer masingmasing. Dan salah dua di antaranya adalah gadis dan pemuda yang duduk jauh berseberangan itu. Terpisah oleh meja-meja dan partisi setinggi pundak, juga dispenser dan printer sentral multi fungsi di tengahtengah ruangan.

Tetapi entah siapa yang menyusun berbagai halangan tersebut, disengaja atau tidak, mereka berdua tetap masih bisa saling melihat dari sela-sela berbagai barang. Untuk ukuran sejauh itu tidak jelas benar memang paras muka masing-masing, tetapi kalian masih bisa dengan mudah memahami gerak tubuh orang di seberangnya.

Seperti yang sedang terjadi saat ini. Gadis itu melirik berkali-kali ke depan, ia sedang menunggu. Menunggu pemuda itu beranjak berdiri, kemudian turun untuk makan siang. Resah sekali ia. Seperti kemarin, hari ini gadis itu ingin berpura-pura tidak sengaja berbarengan turun dengannya. Sedikit saling menyapa di lift, lantas sedikit basa-basi sebelum berpisah menuju tempat makan “favorit” masingmasing. Tetapi nampaknya pemuda itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengakhiri pekerjaannya.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

MMSPH 4: Harga Sebuah Pertemuan oleh Darwis Tere Liye




Korban 1:

Laki-laki; 178cm/80kg; usia, 45 tahun; golongan darah, AB; pekerjaan, wiraswasta dan politisi sukses; tidak merokok, tidak minum minuman beralkohol, tidak menggunakan obat-obatan terlarang; tampan, kaya raya, memiliki kekuasaan dan pengaruh politik besar; kepala rumah tangga yang baik dan bertanggung-jawab. Menurut tetangga sekitar, korban sehari-hari dikenal ramah-bersahabat, memiliki keluarga yang terlihat amat bahagia.

Ditemukan tewas oleh room boy di kamar 709 salah satu hotel ternama, 28 Februari tahun ini. Hasil diagnosis laboratorium forensik menunjukkan korban positif tewas karena kesengajaan. Meskipun belum bisa dipastikan bagaimana dan oleh siapa. Kemungkinan besar diracun.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

Katakan dan Jalanilah dengan Sederhana




Naskah Tajuk Cinta Pro2FM (105 FM); Kamis 5 April 2007, jam 22.00
Cinta itu pengorbanan! Teriak lantang seseorang yang kebetulan gagah-berani, yang tubuhnya sedikit berlemak, banyak berotot. Cinta itu pengorbanan?? Tunggu dulu. Bah, pengorbanan apa yang telah kita lakukan demi si dia tercinta? Hujan-hujanan mengantarnya pulang? Sepayung berdua, dan membiarkan sisi kita yang lebih banyak terkena air hujan? Atau pengorbanan saat membatalkan belasan jadwal keluarga untuk menemaninya ke dokter gigi dua kali seminggu? Mengurangi kesenangan pribadi demi menungguinya berjam-jam saat ujian? Itu sih bukan pengorbanan. Atau kalau mau tetap dibilang pengorbanan, ya kelasnya rendah sekali.

Yang kelasnya lebih tinggi? Seperti kita rela mati demi si dia? Aih, hari gini masih bicara nonsense. Bukankah kita malah sering bilang “dasar bodoh” kepada pelakunya saat membaca (misalnya) seorang ibu bunuh diri bersama tiga anak-anaknya yang masih kecil. Padahal boleh jadi bagi Ibu tersebut itulah wujud cinta sejati dengan anak-anaknya. Hidup bersama, mati juga bersama. Atau kita justru mengangkat alis tidak bersimpati saat membaca sepasang kekasih ditemukan mati berpelukan di pinggir sungai dengan botol baygon beberapa tahun silam (karena cinta mereka dilarang oleh orang-tua). Lupakan soal memang betapa bodoh keputusan mereka, tapi setidaknya hal ini menunjukkan seberapa baik kita memahami soal pengorbanan, tentang keputusan heroik.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

MMSPH 3: Pandangan Pertama Zalaiva




Zalaiva dengan pakaian kanak-kanaknya berjinjit pelan membawa dua butir telur ayam di genggaman tangan kanannya, sementara tangan kirinya meraba-raba selusur papan kandang. Rok bersulam kupu-kupunya terkena bercak lumpur di mana-mana, sementara pipi montok menggemaskan itu sekarang seperti muka prajurit indian, tercoreng dua saput kotoran. Entah oleh apa, bisa jadi oleh tahi ayam. Tampangnya serius sekali membawa telur-telur itu, sementara kakeknya berdiri mengamati tersenyum sambil memungut telur di rak yang lebih tinggi.

Sayang sekali sebelum ia tiba di ember besar yang diletakkan di sebelah kaki kakeknya, seekor ayam jantan entah dari mana asalnya, terbang masuk kandang. Berkotek menyergap tubuh mungil Zalaiva. Gadis kecil itu berseru kaget. Telur-telur di genggaman tangannya terlepas, terlontar entah kemana. Zalaiva untuk sepersekian detik bisa mendengar telur itu satu per satu jatuh menghantam lantai semen, seperti kalian bisa melihat tetesan air jatuh dari langit secara patah-patah. Dan telur-telur ringkih itu pecah tak karuan. Sambil menahan sakit di lututnya gadis kecil itu mencoba berdiri, matanya yang tak berbintik hitam berkaca-kaca, ia merabaraba tertatih melangkah mendekati kaki kakeknya takut-takut, sebentar lagi gadis itu pasti menangis.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

MMSPH 2: Cintanometer




Di kota kami, walau terletak persis di tengahtengah gurun pasir maha luas, hujan bukanlah barang langka. Jika penduduk kota ingin merasakan hujan, maka tinggal bilang ke balai kota. Seperti kemarin, anak tetangga sebelah rumah, rindu berat berlari-lari di atas gelimang lumpur, di bawah atap langit yang mencurahkan beribu-ribu bulir air kesegaran. Maka orang tuanya segera memesan hujan. Selang dua belas menit kemudian, awan hitam datang berarak, guntur dan petir sambar menyambar, tak lama turunlah hujan sesuai pesanan.
Jangan salah sangka dulu, kota kami memang terpencil jauh dari seluruh penjuru dunia, tetapi bukan berarti penduduk kota kami lebih primitif dibandingkan kalian. Kami tidak memanggil hujan lewat dukundukun, nyanyian-nyanyian, apalagi sesembahan tak berguna itu, sebaliknya kami memanggil hujan dengan teknologi tingkat tinggi. Maju sekali, malah jauh lebih maju dibandingkan dengan menerbangkan pesawat untuk menaburkan butiran pembuat hujan di awan-awan yang biasa ilmuwan kalian lakukan.
Di sini banyak penemu. Yang terhebat di seluruh dunia, malah. Jadi jangankan soal hujan, soal rumit lainnya, seperti mobil terbang, rumah mengapung, lampu tenaga udara, pil anti lapar, suntikan seribu penyakit dan yang lebih sulit lainnya ada di sini. Dengan berbagai penemuan hebat itu, kehidupan berjalan amat baik dan berkecukupan.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

MMSPH 1: Kutukan Kecantikan Miss X




Aku menuangkan dua sachet sekaligus gula rendah kalori ke dalam gelas plastik medium size di hadapanku, lantas mengaduknya perlahan-lahan hingga sempurna bercampur dengan aroma teh yang menyengat. Arloji di tangan menunjukkan pukul tujuh seperempat. Memang masih terlalu pagi untuk ukuran kelaziman, duduk sarapan di salah satu kedai fast food yang banyak berjejer diantara toko-toko souvenir di pelataran ruang tunggu ini.
Musim penghujan membuat suasana hati terasa dingin dan lengang. Tapi sepagi dan sedingin ini, aktivitas bandara telah terlihat begitu sibukmencengangkan. Tak pernah terbayangkan kapasitas dua puluh juta penumpang per tahun itu harus segera ditambah karena semakin merakyatnya angkutan udara.
Pesawat dari Frankurt yang membawa Bagus, sahabat dekatku, baru akan tiba tepat satu jam lagi. Waktu yang sangat lama untuk menunggu, lagi-lagi menurut ukuran kebiasaanku. Tapi tak mengapa, sebenarnya aku memang membutuhkan suasana ini sebelum bertemu dengannya. Ada banyak hal yang bisa diingat dengan nyaman selama satu jam ini. Barusan, dengan hanya melihat kembali fotonya yang tertawa lebar sambil memeluk istrinya yang menggendong bayi mereka, sepuluh menit menunggu pramusaji mengantarkan teh dan sepiring donut berlalu seperti angin lembut menyenangkan. Bagus mengirimkan foto itu sebagai attachment email terakhirnya minggu lalu, dan aku segera mencetaknya di atas kertas terbaik dengan setting kualitas super printer foto tercanggih milikku.



Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)